Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

Ki Hajar Dewantara (KHD) merupakan Bapak Pendidikan Nasional. Pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan sungguh sangat menginspirasi banyak orang, terutama yang bergerak dalam dunia pendidikan. Dalam program pendidikan guru penggerak, saya berkesempatan untuk mempelajari modul 1.1 yang berisi tentang pemikiran-pemikiran KHD tentang filosofi pendidikan. Setelah mempelajarinya, saya merasa bahwa ada beberapa kesalahan persepsi dalam diri saya sebagai seorang guru. Selama ini ada beberapa hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas diantaranya yaitu :

  1. Mendidik sama dengan mengajar
  2. Murid harus mengikuti kehendak guru
  3. Guru adalah pusat pembelajaran
  4. Selalu berpikir bahwa murid yang malas, pada dasarnya memang pemalas

 Tetapi setelah saya mempelajari modul 1.1 yang terdapat dalam program pendidikan guru penggerak, pemikiran saya berubah tentang hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut ini merupakan penjelasan perubahan pemikiran serta perilaku saya setelah mempelajari modul.

1.       Mendidik berbeda dengan mengajar

        Ternyata mendidik dengan mengajar itu berbeda. Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Menurut KHD pengajaran merupakan pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Sedangkan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

2.      Anak bukanlah tabula rasa

        Anak bukanlah tabula rasa yang harus mengikuti kehendak guru. Anak datang ke sekolah bukan seperti kertas kosog yang akan diwarnai sesuai kehendak guru. Anak memiliki kodratnya masing-masing. Tugas guru yaitu menuntun anak untuk menebalkan sifat-sifat baiknya, dan memburamkan sifat-sifat buruknya.

3.       Anak adalah pusat pembelajaran

        Guru bukanlah pusat pembelajaran. Tetapi, anaklah yang menjadi pusat pembelajaran. Guru hanyalah sebagai fasilitator. Segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, semata-mata adalah untuk menuntun anak. Sehingga menjadikan pembelajaran yang berpihak kepada anak.

4.      Budi pekerti

        Anggapan saya yang selalu berpikir bahwa murid yang malas pada dasarnya memang pemalas sebelum mempelajari modul 1.1 ternyata salah. Guru harus dapat menyatukan pemikiran, perasaan dan kehendak atau yang biasa disebut dengan cipta, rasa dan karsa pada anak sehingga menghasilkan pekerti atau tenaga agar anak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

 

Dari perubahan pemikiran dan perilaku tersebut, ada beberapa hal yang akan segera saya terapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD. Diantaranya yaitu sebagai berikut.

1.       Olah cipta rasa dan karsa

        Hal pertama yang akan saya lakukan yaitu mengolah cipta (pemikiran), rasa (perasaaan), serta karsa (kehendak) pada diri anak sehingga memiliki tekad yang kuat untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Hal tersebut dilakukan karena selama ini banyak anak-anak yang kurang motivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Diperparah dengan kondisi pandemi yang menyebabkan anak tidak ke sekolah dalam waktu yang cukup lama.

2.      Pembelajaran yang berpihak pada anak

        Berikutnya yang akan saya terapkan yaitu pembelajaran yang berpihak pada anak. Saya akan menjadikan kelas yang berpusat pada anak. Jadi anak yang lebih banyak aktif di dalam kelas. Sedangkan tugas guru yaitu sekadar menuntun atau sebagai fasilitator untuk memastikan pembelajaran tersebut berjalan dengan baik.

 

Komentar